Kaltimpedia
Beranda Samarinda Umat Buddha Tantrayana Panjatkan Doa di Upacara Penyeberangan

Umat Buddha Tantrayana Panjatkan Doa di Upacara Penyeberangan

SAMARINDA – Umat  Buddha  aliran Tantrayana atau Zhen Fo Zong kembali menggelar  tradisi “Penyeberangan” yang dilaksanakan pada bulan ketujuh Imlek. “Tradisi Penyeberangan” dirintis oleh Lian Sheng di Chiayi Taiwan sejak tahun 1986.

Dalam tradisi ini menjabarkan dharma  ajaran Buddha yang benar dan menyeberangkan para insan serta menuntun para insan agar terlepas dari lingkaran samsara hidup dan mati.

Master Acarya Lian Yang, menjelaskan setiap agama Buddha memiliki acara penyeberangan. Dalam etnis Tionghoa  aliran Buddha Tantrayana,  Master Acarya Lian Yang mengatakan, upacara ulambana ini berasal dari sejarahnya seorang murid bernama Ariya Moggallana yang melakukan meditasi dan melihat ibundanya menderita di alam setan  dan kelaparan karena melakukan perbuatan buruk semasa hidupnya.

“Dengan kekuatan yang dimiliki, Ariya Moggallana berusaha membuka pintu neraka untuk memberi makan, namun makanan tersebut selalu berubah menjadi api,” jelasnya di Vihara Vijaya Citta Samarinda di Jalan Mulawarman pada Sabtu (23/7/2022).

Karena keputus asaan Ariya Moggallana kembali ke alam murni, dan memohon petunjuk untuk menyelamatkan ibundanya pada Buddha sakyamuni. Dengan petunjuk yang diberikan, di kumpulkanlah para sangha Buddha untuk melakukan doa bersama dengan memberikan persembahan dana. Melimpahkan jasa persembahan makan dan jasa pahala pada ibunya agar terlepas dari penderitaan.

“Sehingga pada saat upacara berlangsung, api neraka seketika padam. Dan tubuh ibunda terbelah dan terlahir  kembali pada alam yang lebih baik,” ujarnya.

Kegiatan upacara ini rutin dilaksanakan pada tiap tahun, untuk melestarikan budaya Budha sehingga dapat memberikan manfaat bakti seorang anak pada ibunya dan membantu menyelamatkan para makhluk yang terjatuh pada tiga alam samsara. Sehingga manusia dapat terlahir pada alam yang terbaik. Tradisi ulambana ini juga bertujuan untuk menghimbau umat agar dapat membaca mantra balas budi pada orang tua selama satu bulan pada bulan tujuh lunar.

Master Acarya Lian Yang juga berharap, dengan upacara ini dapat memberikan manfaat pada umat Buddha di Samarinda. Dengan wujud cinta yang diberikan kepada orang tua, kegiatan ini juga dapat membantu mendoakan keluarga yang sakit dan yang meninggal untuk dapat diseberangkan.

“Dengan membaca mantra jasa  pahala yang didapatkan mampu membantu orang tua yang meninggal menuju ke alam yang lebih baik. Untuk orang tua yang masih hidup diharapkan mendapatkan  umur panjang,” ujarnya mengakhiri wawancara.(*)

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan