Kaltimpedia
Beranda Samarinda Sutar, Petani Jagung yang Memanfaatkan Pergantian Tahun Baru

Sutar, Petani Jagung yang Memanfaatkan Pergantian Tahun Baru

Kaltimpedia.com, Samarinda  – Hampir dua puluh tahun bercocok tanam di Simpang Pasir Palaran,  Sutar (60 th), petani asal Mantingan, Ngawi,  Jawa Timur ini, selalu memanfaatkan pergantian tahun baru untuk berjualan jagung manis.

Jagung yang ia jual tidaklah langsung ke pembeli melainkan ke tengkulak yang mengambil jagung di kebunnya. Sutar memang pandai melihat peluang pasar untuk memenuhi kebutuhan akan jagung di pasaran.

“Biasanya kami setiap akan tahun baru, awal-awal bulan Oktober sekitar tanggal 10 sampai 19 Oktober mulai bercocok tanam jagung. Kami tidak banyak menanam, paling hanya tiga sampai empat borongan yang masing-masing luas tanahnya dalam satu borongan 30 x 50 meter,” jelas Sutar.

Saat ditemui di kebunnya pada Rabu, (29/12/2021),  Sutar baru saja memanen sebanyak 5 karung jagung manis yang sore harinya diambil oleh pedagang langganannya. Selain jagung, Sutar biasa menanam sayur-sayuran.

“Jagung ini kami lebih menyasar ke pasar permintaan jagung bakar dalam tahun baru, kalau hari-hari biasa kami lebih condong menanam cabe, kangkung, padi,” jelasnya.

Ditemani istrinya, Sim Sumarsih, Sutar mengungkapkan hasil panen mereka biasanya dibawa oleh para tengkulak yang membawanya ke pasar. “Kami hanya menam, terus memanen, dan jika sudah siap ada pedagang yang datang mengambil,” ucapnya.

Sementara itu, Darmani (52) pedagang yang biasa mengambil dagangannya dari para petani di Simpang Pasir mengungkapkan,  bahwa biasanya setiap tahun baru mereka mengambil jagung dari para petani. “Kami membeli harga perkarung berkisar antara 250 ribuan, dan kami bawa ke pasar untuk disetorkan ke pedagang-pedagang yang mengecer. Biasanya kami bawa ke Pasar Sungai Dama,” jelas Darmani.

Darmani yang tinggal di Simpang Pasir blok B mengungkapkan,  barang dagangan yang dibawanya setiap hari ke pasar Sungai Dama selalu kurang.

“Suplay barangnya juga kurang. Kalau ada panenan petani baru kita bawa, kalau petani tidak ada yang panen kita tidak berangkat jualan. Saya tidak berani mengambil di daerah lain karena harganya pasti beda. Saya setiap hari hanya membeli dari petani-petani yang biasa menyetok hasil pertanian ke kami saja,” ungkapnya.(MUN)

Komentar
Bagikan:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Iklan